Filosofi ini berasal dari pemahaman Piaget bahwa semua pengetahuan adalah konstruksi yang dihasilkan dari tindakan anak-anak (Piaget & Inhelder, 2000b), dan kemudian diterapkan oleh David Weikart, pendiri HighScope Educational Research Foundation.
Kami di HighScope percaya bahwa konstruktivisme mendukung siswa dalam menghubungkan belajar dengan kehidupan nyata, dalam membuat dan merenungkan kesuksesan maupun kesalahan, dan dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang dunia.
Studi HighScope Perry PreSchool (Schweinhart, dkk, 2005) mendokumentasikan keberhasilan pendekatan ini dan guru-guru HighScope mempraktikkannya setiap hari di dalam kelas.
HighScope bertujuan untuk mengembangkan "anak yang utuh" dengan berfokus pada bidang akademis, hubungan intrapersonal dan interpersonal, serta kapasitas fisik. Selain mengumpulkan masukan dari sudut pandang para ahli, kami juga memperoleh masukan dari orang tua mengenai kekuatan unik anak mereka dan target belajar yang diinginkan. Semua jalan mengarah ke pengembangan keterampilan abad ke-21, menekankan kepercayaan diri, kolaborasi, pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi.
Hasil Pelajar Siswa HighScope Indonesia (the HighScope Indonesia Learner Outcomes) menetapkan bahwa siswa harus mengetahui, memahami, berlatih, dan mampu melakukan semua keterampilan tersebut pada tingkat yang semakin tinggi, sejak prasekolah hingga sekolah menengah atas. Kami berusaha memberdayakan anak-anak untuk berpikir sendiri dan terlibat dalam refleksi tingkat meta agar dapat menjadi pengambil keputusan yang independen.
Saat ini, Highscope School membuka lowongan kerja di kota Medan dengan posisi berikut ini:
SELALU BACA WARNING DARI LOKERINONE.COM.
0 Saran & Kritik
Posting Komentar
Tujuan anda kesini ?